Label

Kamis, 16 Februari 2012

Yang Merupakan Ajaran Sang Buddha

Yang Merupakan Ajaran Sang Buddha
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa

”Ada kemungkinan, bahwa di antara kalian ada yang berpikir: ‘Berakhirlah kata-kata Sang Guru;

kita tidak mempunyai seorang Guru lagi.’ Tetapi, Ananda, hendaknya
tidak berpikir demikian. Sebab apa yang telah Aku ajarkan sebagai Dhamma
... dan Vinaya, Ananda, itulah kelak yang menjadi Guru-mu, ketika Aku
pergi.”

(Mah
aparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)


Dewasa ini banyak di antara kita
yang dibingungkan oleh kehadiran kelompok-kelompok yang mengajarkan
suatu ajaran dengan mengatasnamakan Buddhisme. Banyak pertanyaan yang
dilontarkan seperti : Apakah kelompok ini adalah salah satu aliran
Buddhisme ? Apakah aliran ini merupakan aliran sesat ? Apakah ajaran ini
merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha ? Dan sebagainya.

Dari kebingungan tersebut timbul sebuah pertanyaan : Bagaimana kita membedakan mana yang merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha dengan mana yang bukan ? Apakah Sang Buddha pernah memberikan petunjuk untuk menangani masalah ini ? Jawabannya ya, Sang Buddha telah memberikan petunjuk untuk menangani masalah ini.


Di bumi ini tidak ada Guru lain seperti Sang Buddha. Sang Buddha
adalah Guru yang penuh dengan ketelitian, memiliki kecermatan, dan
pandangan luas ke depan. Di saat-saat menjelang Parnibbana, sebelum Ia
Parinibbana, Ia sudah mempersiapkan, dan memastikan secara benar
kesiapan, keutuhan apa yang telah Beliau temukan dan Beliau rintis yaitu
keberadaan Dhamma, Vinaya, dan Sangha.
Beliau mengatakan bahwa yang menggantian Beliau setelah Ia tiada
bukanlah salah satu siswa UtamaNya, bukan Y.A. Maha Kasappa yang ahli
dalam latihan, bukan Y.A. Upali yang ahli dalam Vinaya, dan bukan juga
Ananda yang merupakan Bendahara Dhamma. Tetapi yang menggantikan Beliau
sebagai Guru bagi para siswaNya adalah Dhamma (ajaran) dan Vinaya (tata
tertib). Selain untuk menghindari perselisihan , hal ini ditetapkan juga
untuk menghindari pengkultusan individu di masa yang akan datang yang
akan menimbulkan kemelekatan pada diri seseorang, dan ini akan
mengganggu pencapaian seseorang.

Dengan demikian setelah Sang Buddha parinibbana sampai sekarang tidak ada pengganti diriNya selain Dhamma dan Vinaya.


Lebih jauh seseorang mungkin akan
bertanya, ”Bagaimana kita mengetahui dan memastikan bahwa Dhamma dan
Vinaya yang kita pelajari sekarang adalah Dhamma dan Vinaya yang di
ajarkan oleh Sang Buddha?” Pertanyaan kritis ini sangat penting karena akan menepis kepercayaan membuta terhadap suatu ajaran.


Jauh sebelum Sang Buddha
Parinibbana, Ia juga telah memberikan batasan mengenai apa-apa saja
yang termasuk dalam Dhamma dan Vinaya. Hal ini berguna untuk membedakan
mana yang merupakan ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan, yang mana Dhamma dan yang mana Vinaya.


Dalam Paticchanna Sutta (Anguttara Nikaya III.129), Sang Buddha
menjelaskan kepada para bhikku mengenai ciri dari Dhamma dan Vinaya
yang dapat dilihat dari penampilan dan penyampaiannya.

“Tiga hal ini, para bhikkhu,
dilakukan secara tersembunyi, bukan secara terbuka. Apakah tiga hal itu?
Bercinta dengan wanita, para bhikku, dilakukan secara tersembunyi,
bukan secara terbuka; mantra para brahmana, para bhikkhu, dilakukan
secara tersembunyi, bukan secara terbuka; pandangan salah, para bhikkhu,
dilakukan secara tersembunyi, bukan secara terbuka. Itulah tiga hal,
para bhikkhu, yang dilakukan secara tersembunyi, bukan secara terbuka.”

“Tiga hal ini, para bhikkhu,
bersinar secara terbuka, bukan secara tersembunyi. Apakah tiga hal itu?
Lingkaran rembulan, para bhikku, bersinar secara terbuka, bukan secara
tersembunyi; lingkaran matahari, para bhikkhu, bersinar secara terbuka,
bukan secara tersembunyi; Dhamma dan Vinaya yang disampaikan oleh
Tathagata, para bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara
tersembunyi. Itulah tiga hal, para bhikkhu, yang bersinar secara
terbuka, bukan secara tersembunyi.”

Selanjutnya dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

“Bila, Gotami, engkau
mengetahui hal-hal secara pasti: ‘Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan
pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada
pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan
pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada
kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan,
bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada
kesederhanaan’ – tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: ‘Ini
bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.’”

“Tetapi, Gotami, bila engkau
mengetahui hal-hal secara pasti: ‘Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu,
bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada
pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan,
bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada
ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan
semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada
kehidupan mewah’ – tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: ‘Ini
adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.’”

Begitu juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :

“Upali, jika engkau mengetahui
tentang hal-hal tertentu: ‘Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan
sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju
pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana’ – dari
ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: ‘Ini bukan Dhamma;
ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.’”

“Tetapi Upali, jika engkau
mengetahui tentang hal-hal tertentu: ‘Hal-hal ini membawa menuju
perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju
pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana’ – dari hal-hal
semacam itu engkau bisa merasa yakin: ‘Inilah Dhamma; inilah Vinaya;
inilah Ajaran Sang Guru.’”


Dari petunjuk Sang Buddha
berupa kriteria Dhamma dan Vinaya dalam Paticchanna Sutta, Gotami Sutta
maupun SatthuSasana Sutta kita bisa melihat, menganalisa, meneliti
secara hati-hati terhadap berbagai macam ajaran yang kita temui dewasa
ini, sehingga kita bisa menemukan mana yang bukan ajaran Sang Buddha (yang menyimpang dari ajaran Sang Buddha), dan mana yang merupakan ajaran Sang Buddha.


Misalnya, ketika kita menemukan
sebuah ajaran yang diajarkan secara sembunyi-sembunyi, dirahasiakan dan
dengan syarat-syarat tertentu sehingga hanya beberapa orang saja yang
boleh mengetahuinya, maka mengacu pada Paticchanna Sutta, ajaran
tersebut bukanlah Dhamma dan Vinaya yang dibabarkan oleh Sang Buddha, dan kita bisa menghindari atau menolak ajaran seperti itu. Dhamma dan Vinaya yang dibabarkan oleh Sang Buddha
tidaklah diajarkan secara sembunyi-sembunyi, tidak di rahasiakan,
tetapi Dhamma dan Vinaya diajarkan secara terbuka, terang benderang
sehingga semua kalangan dapat mengetahuinya.


Atau suatu ketika kita menemukan
sebuah ajaran yang mengajarkan untuk membunuh dengan alasan tertentu,
kita bisa menjadikan penjelasan Sang Budda
dalam Gotami Sutta dan SatthuSasana Sutta mengenai apa itu Dhamma dan
Vinaya sebagai panduan. Setelah kita menganalisanya, dan kita mengetahui
bahwa membunuh itu menuju pada nafsu dan tidak menuju pada pelepasan,
maka ajaran yang mengajarkan untuk membunuh tersebut bukan merupakan
Dhamma dan Vinaya, bukan ajaran Sang Buddha. Dan kita perlu menghindarinya.


Dari apa yang disampaikan di atas,
semoga kebingungan kita untuk membedakan antara mana yang merupakan
ajaran Guru Buddha atau bukan, yang merupakan Dhamma dan Vinaya atau
bukan, serta yang merupakan aliran Buddhisme atau bukan, dapat kita
ketahui dan pahami secara jelas.

Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar